Sabtu, 15 Februari 2014

Lagi Homesick

Seminggu di sini serasa sebulan...

Kalau gue perjelas kalimat di atas adalah...

Gue nggak betah..

Oke. Tapi gue harus profesional. Gue harus melakukan apa yang bisa gue lakuin di mana gue berada. Bukankah di manapun posisi kita sekarang, adalah keputusan kita. Tidak ada yang sia-sia dengan apa yang kita lakukan selama itu positif.


Lo lagi ngomongin apa sih, Bang?

Itu sebagian kecil uneg-uneg di dalam hati.

Udah seminggu ini gue tinggal di asrama jauh dari orang tua. Nyuci sendiri, makan cari warung sendiri, dan memenuhi segala kebutuhan dilakukan sendiri. Jauh banget dari kebiasaan gue di Jakarta yang segalanya udah ada ibu yang ngurus. Duh kerasa banget kalau seorang ibu begitu berjasa bukan hanya secara fisik tetapi juga secara jiwa. Walau letih di rumah, asal ada ibu, rasanya letih itu hilang seiirng cerita ibu atau ketika manja itu datang dengan serta merta ibu memijit badan ini.

Kalau lagi datang rindu. Rasanya wajah ibu yang lebih dulu nonggol di pikiran ini. (Rasanya ingin nangis. Maaf motivator juga manusia)

Disinilah gue harus belajar.

Gue memulai di sini dari nol kembali. Membereskan kehidupan yang sempet nggak beres. Terutama hal kedisiplinan dan kemalasan. Gue seorang guru, tapi rasanya gue malah jadi seorang murid di sini (Bukan hanya karena gue satu-satunya guru yang tinggal bareng siswa di asrama. Membaur pun lebih banyak sama murid ketimbang rekan-rekan guru)

Banyak banget yang gue nggak tau, terlebih soal agama. Tapi gue harus memulai...

Membayangkan menjadi murid selama tiga tahun di sini saja gue udah stres duluan, apalagi menjadi guru yang pasti akan jauh lebih lama dari itu. Hidup rasanya lebih monoton dengan melakukan itu-itu saja. Ngajar- Asrama-Ngajar-Asrama. Heh? Selama tiga tahun?

Tapi bagaimanapun juga gue nggak boleh pesimis, ini kan baru langkah awal. Gue belum tahu kehidupan lebih jelas di sini. Dan gue mesti cari tahu kenyamanan hidup dengan ritme seperti ini.   

 Semangat!!

0 komentar :

Posting Komentar