Kamis, 16 Mei 2013

WARISAN RASA TAKUT.....

Ini gue kopas dari tulisan gue yang gagal diterbitkan. Karena ada sesuatu hal. Kalian akan tau kenapa tulisan itu menjadi tulisan gagal. Ini hanya berbagi pengalaman sama kalian. Ambil baiknya, buang buruknya.
Cekidot!!!

====== WARISAN RASA TAKUT ======
Saya amatlah penakut. Dari kecil hingga sekarang rasa takut itu masih ada. Rasa takut yang dipupuk oleh lingkungan yang cenderung alfa, membuat daftar ketakutan saya kian bertambah. Mulai dari takut ondel-ondel, takut gelap, takut setan, sampai takut ngelewatin pohon kecapi yang berada di pinggir jalan dekat rumah. What? Takut pohon kecapi?

Saya akan mulai dari ketakutan-katakuan saya yang nggak penting. Takut ondel-ondel. Boneka besar berwajah kayu itu bikin saya menjerit histeris dan spirin tanpa intruksi. Di otak saya, boneka besar itu serasa hidup. Hal itu membuat saya tak peduli kalau ternyata dibaliknya adalah manusia. Penyutradaraan otak begitu mencekam jika melihat goresan-goresan wajahnya yang tak wajar menurut akal. Saya tidak tahu kenapa saya takut sama ondel-ondel. Tapi itulah kenyataan saat saya kecil dulu.
Apakah lingkungan sangat berpengaruh? Saya rasa iya.
Saya masih ingat ketika teman-teman saya lari tunggal-langgang gara-gara sepasang ondel-ondel yang datang dari kejahuan. Akibatnya saya juga ikutan lari. Saya juga tidak tahu kenapa meski lari. Pokoknya saya harus lari.
Kalau melihat teman-teman lari seperti itu pasti ada hal yang membahayakannya, dan tidak menutup kemungkinan akan membahayakan saya juga. Makanya saya ikutan lari. Daripada mati konyol, pikir saya waktu itu. Dari pada saya diterkam, begitu yang terlintas dibenak saya dulu. Kalau sudah begitu, saya akan menutup pintu rumah rapat-rapat dan menarik nafas panjang sambil bersandar di balik pintu. Jika dirasa sudah aman, baru saya akan keluar rumah lagi.
Saat kecil praduga-praduga saya akan ondel-ondel begitu negatif. Sehingga jika ada ondel-ondel datang, mesti saya lari dan menutup pintu rumah rapat-rapat. 

Belakangan ini saya baru ngeuh kenapa anak-anak di lingkungan saya pada takut ondel-ondel. Tetangga saya, misalnya. Jika sedang menyuapi anaknya makan, dan jika satu suapan saja ditolak, orang tua ini kerap bilang “Ayo, abisin, nanti ada ondel-ondel lho”
Tentu saja otak anak ini akan mengkaitkan sesuatu yang buruk terhadap ondel-ondel. Dan benar saja, ketika terdengar suara tetabuhan, dan anak yang lain teriak “Ada ondelll-ondelllll!!!!!” Sontak semua anak di lingkungan saya lari. Yang tengah main bola, bolanya ditinggal. Yang tengah main kelereng, kelereng ditinggal. Duh, cape deh...

Belum lagi ketika malam hari datang. Selain takut ondel-ondel, saya juga takut ngelewatin pohon kecapi yang berada di pinggir jalan dekat rumah. Jelas-jelas kalau siang hari pohon kecapi itu suka saya panjat, mengambil buahnya yang begitu manis dan empuk di lidah. Atau sekedar bermain bersama teman sambil menyaksikan Keoang Mas Taman Mini Indonesia yang dapat terlihat dari atas pohon besar tersebut. Tetapi justru ketika magrib tiba semua anak takut untuk melewati pohon kecapi itu. Kesaksian Bapak dan beberapa tetangga tentang bersemayamnya kuntilanak di pohon besar itu membuat kami tidak berani berjalan santai jika harus melewati pohon besar itu. Khususnya saya, akan lari sekencang mungkin jika harus melewati pohon kecapi tesebut. Dan sampai pohon kecapi itu di tebang, saya belum pernah mendengar atau melihat sedikit pun kuntilanak tersebut. Aneh kenapa saya takut. Tapi itu fakta yang terjadi.

Ini yang sampai saat ini saya tidak habis pikir, kenapa juga saya mesti takut ke kamar mandi malam hari pada waktu itu. Kalau terpaksa ingin ke kamar mandi pada malam hari saya pasti minta diantar dengan tidak menutup pintu kamar mandi tersebut. Untung tidak sampai saya sebesar ini rasa takut itu hadir. Sumpah. Ribet jika selamanya kita menjadi seorang penakut. Mandi terus pintunya dibuka? Sinting!!

Emang ada apa sih dengan malam hari? Akhirnya saya bertanya juga sama diri sendiri.
Malam hari identik dengan hal-hal menyeramkan, apalagi malam jumat. Konon kalau malam hari setan-setan pada keluar. Entah saya mendapatkan teori dari mana waktu itu.
 Tapi yang menambah horor dikehidupan saya kecil, almarhum kakek setiap malam jumat sering mengadakan ritual terhadap benda-benda pusakanya. Pasti di sekitar rumah (Yang kebetulan rumah kakek hanya bersebelahan dengan rumah saya) tercium bau kemenyan yang sangat menyengat. Menurut saya bau kemenyan identik dengan horor.
 Ibu tidak pernah alfa menyuruh semua anaknya masuk ke dalam rumah jika magrib datang. sembari berkata “Ayo masuk!! Nanti ada setan di luar.” 

Emang kalau magrib datang hantu-hantu pada keluar? Terus siangnya pada kemanaaa?? 

Pasti ada niat baik diantara larangan-larangan orang tua. Mungkin caranya saja yang salah. Karena walau niat yang benar, tapi caranya salah, akan rawan kesalahan. 
 Gadis perawan nggak boleh duduk di depan pintu, nanti jodohnya jauh. Begitu pesan orang tua-tua dulu. Padahal jelas-jelas kalau duduk di depan pintu akan mengganggu orang yang lewat, bukan jodohnya jauh. Hadeh.

 Tetapi tidak bisa dipungkiri, rata-rata orang, bahkan di zaman penerangan seperti sekarang ini orang masih cenderung percaya pada mitos-mitos serta dongeng-dogeng zaman dulu. 

Pertanyaan yang menggelitik di otak saya adalah kenapa para hantu tidak keluar siang hari? Apakah hantu takut sama matahari, seperti yang saya lihat di film-film horor?
Beberapa minggu lalu saya membicarakan hal ini bersama teman kampus di sebuah tempat makan di Bekasi.
“Emang lo yakin kalau siang hari nggak ada hantu?”
Film-film horor, sudah mendotrin saya untuk takut ke kamar mandi sendiri. Penyutradaraan otak saya ketika kamar mandi begitu liar.
Nanti ada tangan dalam closet
Ada rambut-rambut panjang di bak mandi. Ketika saya menyiduk air jangan-jangan air berubah menjadi darah. Atau apalah. 
Yang pasti saya takut ke kamar mandi sendirian pada malam hari waktu itu. 
 
Terkadang rasa khawatir berlebihan para orang tua terhadap anaknya dapat memupuk rasa takut dalam diri anak itu sendiri. Dari rasa khawatir anak ke sekolah sendirian sampai rasa khawatir anak mendapat pasangan yang salah.
Tentu orang tua sayang terhadap anaknya. Mereka tidak mau terjadi apa-apa terhadap anaknya. Apalagi menyangkut hal-hal yang buruk. Tetapi volume rasa khawatir itu sendiri mesti dikecilkan.
Intinya rasa takut itu kerap kali dipupuk di dalam kehidupan kita. Entah melalui orang tua, teman, bahkan televisi dan film-film. Hingga secara tidak sadar rasa takut itu lebih banyak mengendap di dalam diri ketimbang rasa keberanian.
Yang pasti rasa takut itu tidak boleh dihadirkan secara berlebihan di dalam diri kita. Karena rasa takut itu dapat mengalahkan ketekunan serta dapat mengundang kegagalan dalam setiap bentuk yang bisa dipikirkan. Rasa takut juga dapat mengkaburkan ingatan, mengakibatkan orang tidak bisa tidur, serta mendatangkan kesengsaraan
Tetapi apakah memiliki rasa takut itu salah? Belum tentu.
Tuhan menciptakan rasa takut di dalam diri manusia tidak lain pasti hanya untuk beribadah kepadaNya. Takut pada dosa membuat enggan mendekati kepada perbuatan dosa.
Ketakutan yang dikelola dengan baik akan melahirkan kekuatan yang menggerakan kebangikitan. Ketakutan yang dibarengi rasa keinginan hidup yang lebih baik dan terus bergerak ke arah perbaikan, saya rasa akan menguntungkan ketimbang diam di tempat menunggu keburukan-keburukan menghujam.
Yang jelas semua orang pemberani di dunia ini bukan berarti ia tidak memiliki rasa takut. Keberanian adalah pengusaan rasa takut, bukan ketiadaan rasa takut. Rasa takut tidak lebih dari keadaan pikiran belaka.
Pasti ketakutan-ketakutan saya di atas bisa iya, bisa tidak, mewakili ketakutan-ketakutan pada manusia. Dan yang pasti tidak semua orang demikian. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk sepenuhnya mengontrol pikirannya sendiri.
Ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya, seiring waktu serta pemahaman terhadap hal-hal yang dianggap menakutkan.
Ada yang lebih mendasar dari ketakutan-ketakuan tersebut sebenarnya. Salah satunya takut akan kemiskinan
Rasa takut akan kemiskinan tumbuh dari kecenderungan manusia yang diwarisi dari leluhurnya untuk memangsa manusia di bidang ekonomi. Jelas gambaran-gambaran kesengsaraan serta kehinaan muncul bersama datangnya kemiskinan. Karena itu pula manusia begitu takut akan kemiskinan. Tidak heran begitu banyak manusia yang berhasrat untuk memperoleh kekayaan, entah melalui cara halal atau sebaliknya katakanlah korupsi seperti bapak-bapak yang terhormat itu.
Seberapa jauh batas harapan saya terhadap negeri ini. Sulit dimengerti. 
Kendati demikian segala yang menyangkut kebaikan-kebaikan diri wajib terus berjalan. Saya terkadang begitu terbelenggu terhadap masa lalu, baik prihal buruk maupun baik. So,ada lho keinginan saya memainkan ondel-ondel. Kira-kira berat nggak ya??

By: Ahmad Bhadick

0 komentar :

Posting Komentar