Rasa Hormat yang Mulai Bergeser
Sebagai seorang pengajar kesabaran kerap kali teruji. Ada aja kelakuan anak yang menyebalkan. Dari mulai tidur di atas meja dengan posisi telentang sambil mangap, sampe murid yang autis sama ipadnya tanpa peduli klo guru sudah dateng. Belum lagi murid yang sibuk sama blackberrynya. (Kayanya lagi sibuk bikin hoax yang siap di BC keseluruh contact BBnya).
Atas kejadian itu kadang gue mikir dan mulai flashback kembali ke masa saat gue sekolah dulu.(Takut-takut ini karma buat gue). Tapi gagal. Gue sama sekali gak nemuin masa sekolah gue se-cuek anak-anak sekarang terhadap gurunya. Gue hormat sama guru. Gue takut sama guru. Kebandelan gue cukup gue tunjukin sama temen-temen tanpa guru harus tau.
Apakah rasa hormat terhadap orang yang lebih tua mulai luntur di zaman sinting sekarang ini?. Terlebih terhadap seorang guru yang jasa-jasanya nggak diragukan lagi. Yang dapat mencetak seorang anak menjadi seperti Obama, Sukarno, bahkan Ahmadinejad dari Iran.
Apakah media sosial yang membuat seseorang menjadi anti sosial (ironis). Banyak orang sibuk dengan dunia maya tanpa peduli dunia nyata. Apa jadinya kalau di dalam kelas semua murid gak peduli lagi terhadap gurunya lantaran peduli cuma sama blackberrynya, ipadnya, dan foto-foto alaynya. Ia sibuk cekakak-cekikikan sama temen dunia mayanya. Buat apa mereka repot-repot bangun pagi dan bermacet-macetan ke sekolah klo akhirnya cuma tidur di sekolah. Login twitter. Sibuk upload foto ke facebook. *Itu bisa lo lakuin di rumah sambil nungging, Man
Awalnya gue berpikir mungkin klo murid cuek sama guru itu lantaran gurunya sendiri yang nggak tegas. Atau akibat dari gurunya sendiri yang cuek terhadap kecuekan mereka. Tapi belakangan ini pendapat gue keliru. Teori ini gak berlaku buat sekolah yang tengah gue ajar murid-muridnya. Murid nampaknya lebih hormat dengan guru galak. Hey, apa jadinya sekolah klo semuanya gurunya galaaak. Duh ribet. *Ini rasa hormat yang menipu. Mereka hanya takut. Bukan hormat.
Berikut ini salah satu dialog gue sama murid ketika gue tegor saat ia lagi sibuk dengan ipadnya. Sebut saja namanya Jono.
"Jon, ipadnya tolong disimpen dong, kita mau belajar nih."
"Woles aja napa, kak"
*Gue sabar
"Klo gak disimpen saya ambil ya. Kecuali klo kamu ngerti gapapa deh" Gue coba bernegoisasi
"Saya nggak mau kaya gayus ,kak"
"Maksudnya?"
"Gayus kan waktu sekolah pinter, eh pas udah kerja korupsi. Nah, karena saya gak mau kaya Gayus, makanya saya gak mau pinter"
"Walaupun gak pinter tapi paling gak, kamu punya rasa hormat dong sama orang"
Jono dengan terpaksa memasukan ipadnya ke kolong meja
Ini real sebuah pendidikan di kota-kota besar. Pengaruh apa semua ini. Indonesia gak begini. Rasa hormat mulai luntur entah ke mana. Dulu Indonesia dapat dibanggakan soal pendidikannya. Banyak negara tetangga belajar dari kita. Tapi saat ini?
Dulu kesopanan orang Indonesia dapat diajungkan jempol oleh seluruh pelosok dunia. Tapi saat ini?
Dulu sosok guru adalah sosok yang begitu mulia di mata murid. Tapi saat ini?
Seharusnya sekolah adalah tempat penetralan semua lingkupan. Baik miskin maupun kaya, di sekolah sama. Semuanya punya hak dan kewajiban yang sama. Semua pake seragam yang sama, masuk dan pulang dijam yang sama.
Yang biasa di rumah ceuk, seharus tidak berlaku di sekolah. Yang di rumah egois, seharusnya melebur di sekolah. Yang biasa seenak jidat di rumah, seharus gak usah di bawa ke sekolah. Sekolah adalah pabrik untuk tempat-tempat orang intelek, di mana kesopanan mesti dijunjung tinggi. Tempat orang-orang cerdas dalam memperlakukan ego nya.
Mari kita amini bareng-bareng, semoga bangsa ini menjadi bangsa yang penuh orang-orang yang saling menghormati, menjadi bangsa yang cerdas dalam bertindak, menjadi bangsa yang gak seenak jidat dalam berbuat.
Semoga tidak ada lagi murid yang kebablasan bertindak.
0 komentar :
Posting Komentar